Sistem Tenaga Listrik
Sistem
Tenaga Listrik adalah Sekumpulan Pusat/Pembangkit Listrik dan Gardu Induk
(Pusat Beban) yang satu sama lain dihubungkan oleh Jaringan Transmisi sehingga
merupakan sebuah kesatuan interkoneksi agar tenaga listrik dapat mengalir
sesuai kebutuhan.
Secara umum
sistem tenaga listrik (STL) dapat dibagi atas 4 bagian besar / sub-sistem:
- Pembangkitan / Konversi, yaitu sub-sistem yang merubah sumber daya alam / sumber energi primer menjadi tenaga listrik, misalnya: PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi), PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel), PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), dan lain sebagainya. Bagian ini biasanya memiliki tegangan kerja 220 V – 32 kV.
- Transmisi, yaitu sub-sistem pengiriman tenaga listrik dari pusat pembangkit ke gardu-gardu induk transmisi, bagian ini ditandai oleh tegangan kerja yang tinggi, misalnya: 70 kV, 150 kV, 500 kV, dan seterusnya.
- Distribusi, yaitu sub-sistem pembagian tenaga listrik ke konsumen, bagian ini ditandai oleh tegangan kerja yang relatip rendah misalnya: 20 kV, 220 V (Indonesia), 110 V (Amerika Serikat).
- Beban, yaitu sub-sistem yang menggunakan listrik untuk keperluan hidupnya, produksi, pelayanan dan lain sebagainya. Beban listrik umumnya memiliki tegangan rendah sampai menengah 110 V, 220 V, 20 kV.
Gambar skema pusat pembangkit listrik yang dihubungkan melalui
saluran transmisi ke beban/konsumen.
Tenaga listrik dibangkitkan pada dalam pusat-pusat pembangkit listrik (power plant) seperti PLTA, PLTU,
PLTG, dan PLTD lalu disalurkan melalui
saluran transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan
egangannya oleh transformator step-up yang
ada dipusat listrik. Saluran
transmisi tegangan tinggi mempunyai tegangan
70kV, 150kV, atau 500kV.
Khusus untuk tegangan
500kV dalam praktek saat ini disebut
sebagai tegangan ekstra tinggi.
Setelah tenaga listrik disalurkan, maka sampailah tegangan
listrik ke gardu induk (G1), lalu diturunkan tegangannya menggunakan transformator step-down menjadi tegangan
menengah yang juga disebut
sebagai tegangan distribusi primer. Kecenderungan saat ini menunjukan bahwa
tegangan distribusi primer PLN yang berkembang adalah tegangan 20kV.
Setelah tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer atau jaringan
Tegangan Menengah (JTM),
maka tenaga listrik kemudian diturunkan lagi tegangannya dalam gardu-gardu distribusi menjadi tegangan rendah,
yaitu
tegangan
380/220
volt,
lalu
disalurkan
melalui jaringan Tegangan Rendah (JTR) ke rumah-rumah pelanggan
(konsumen) PLN. Pelanggan- pelanggan dengan
daya tersambung besar tidak dapat dihubungkan pada jaringan tegangan rendah,
melainkan dihubungkan langsung pada
jaringan tegangan menengah,
bahkan
ada
pula
pelanggan
yang
terhubung
pada
jaringan
transmisi, tergantung dari besarnya daya
tersambung.
Setelah melalui jaringan Tegangan
menengah, jaringan tegangan rendah
dan
sambungan Rumah (SR), maka tenaga listrik selanjutnya melalui alat pembatas daya dan kWh
meter.
Rekening listrik pelanggan tergantung pada besarnya
daya
tersambung serta pemakaian kWh nya. Setelah
melalui kWh meter, tenaga listrik lalu memasuki instalasi rumah,yaitu instalasi milik
pelanggan. Instalasi PLN umumnya
hanya sampai pada kWh meter, sesudah
kWh meter instalasi
listrik umumnya adalah instalasi milik pelanggan. Dalam
instalasi pelanggan, tenaga listrik langsung masuk
ke alat-alat listrik milik pelanggan seperti
lampu, kulkas, televisi, dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar