Jumat, 17 Mei 2013

Sistem Tenaga Listrik



Sistem Tenaga Listrik

Sistem Tenaga Listrik adalah Sekumpulan Pusat/Pembangkit Listrik dan Gardu Induk (Pusat Beban) yang satu sama lain dihubungkan oleh Jaringan Transmisi sehingga merupakan sebuah kesatuan interkoneksi agar tenaga listrik dapat mengalir sesuai kebutuhan.
Secara umum sistem tenaga listrik (STL) dapat dibagi atas 4 bagian besar / sub-sistem:

  1. Pembangkitan / Konversi, yaitu sub-sistem yang merubah sumber daya alam / sumber energi primer menjadi tenaga listrik, misalnya: PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi), PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel), PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap),  dan lain sebagainya. Bagian ini biasanya memiliki tegangan kerja 220 V – 32 kV.

  1. Transmisi, yaitu sub-sistem pengiriman tenaga listrik dari pusat pembangkit ke gardu-gardu induk transmisi, bagian ini ditandai oleh tegangan kerja yang tinggi, misalnya: 70 kV, 150 kV, 500 kV, dan seterusnya.

  1. Distribusi, yaitu sub-sistem pembagian tenaga listrik ke konsumen, bagian ini ditandai oleh tegangan kerja yang relatip rendah misalnya:  20 kV, 220 V (Indonesia), 110 V (Amerika Serikat).

  1. Beban, yaitu sub-sistem yang menggunakan listrik untuk keperluan hidupnya, produksi, pelayanan dan lain sebagainya. Beban listrik umumnya memiliki tegangan rendah sampai menengah 110 V, 220 V, 20 kV.



  Gambar skema pusat pembangkit listrik yang dihubungkan melalui saluran transmisi  ke beban/konsumen.


Tenaga listrik dibangkitkan pada dalam pusat-pusat pembangkit listrik (power plant) seperti PLTA, PLTU, PLTG, dan PLTD lalu disalurkan melalui saluran transmisi setelah terlebih dahulu  dinaikkan  egangannya oleh transformator step-up yang ada dipusat listrik. Saluran transmisi tegangan tinggi mempunyai tegangan 70kV, 150kV, atau 500kV. Khusus untuk tegangan 500kV  dalam praktek saat ini disebut sebagai tegangan ekstra tinggi. Setelah tenaga listrik disalurkan,  maka sampailah tegangan listrik ke gardu induk (G1), lalu diturunkan tegangannya menggunakan transformator step-down menjadi tegangan menengah yang juga disebut sebagai tegangan distribusi primer. Kecenderungan saat ini menunjukan bahwa tegangan distribusi primer PLN yang  berkembang adalah tegangan 20kV.

Setelah tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi  primer atau jaringan Tegangan Menengah (JTM), maka tenaga listrik kemudian diturunkan lagi  tegangannya dalam gardu-gardu distribusi menjadi tegangan  rendah,  yaitu  tegangan  380/220  volt,  lalu  disalurkan  melalui  jaringan Tegangan Rendah (JTR) ke rumah-rumah pelanggan (konsumen)  PLN. Pelanggan- pelanggan dengan daya tersambung besar tidak dapat dihubungkan pada  jaringan tegangan  rendah,   melainkan   dihubungkan   langsung   pada   jaringan   tegangan menengah,  bahkan  ada  pula  pelanggan  yang  terhubung  pada  jaringan  transmisi, tergantung dari besarnya daya tersambung.


Setelah  melalui  jaringan  Tegangan  menengah,  jaringan  tegangan  rendah  dan sambungan Rumah (SR), maka tenaga listrik selanjutnya melalui alat pembatas daya dan  kWh  meter.   Rekening   listrik  pelanggan  tergantung  pada  besarnya  daya tersambung serta pemakaian kWh nya. Setelah melalui kWh meter, tenaga listrik lalu memasuki instalasi rumah,yaitu instalasi milik  pelanggan. Instalasi PLN umumnya hanya sampai pada kWh meter, sesudah kWh meter instalasi listrik umumnya adalah instalasi milik pelanggan. Dalam instalasi pelanggan, tenaga listrik langsung masuk ke alat-alat listrik milik pelanggan seperti lampu, kulkas, televisi, dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar