Sejarah tenaga listrik melekat pada sejarah tenaga atau sejarah pemanfaatan
tenaga. Sumber tenaga manusia pra-sejarah sudah barang tentu adalah: tanaman
maupun hewan yang dimakannya untuk menjaga kekuatan maupun kesehatannya,
sehingga dia dapat tetap hidup (survival). Untuk keperluan survival itu juga, manusia
menggunakan kayu untuk memasak dan memanaskan suhu agar tidak kedinginan,
selanjutnya pada jaman awal sejarah kayu mulai digunakan untuk keperluan
pertukangan. Setelah tahu memanfaatkan kayu sebagai sumber tenaga, manusia
mulai memanfaatkan angin untuk berpindah tempat menggunakan perahu-perahu
layar. Selanjutnya, manusia mulai menggunakan tenaga air untuk keperluan penggilingan
maupun pertukangan. Awal abad 13 manusia mulai memanfaatkan batubara untuk
memasak dan pemanasan. Diperlukan sekitar 5 abad untuk memperluas pemanfaatan
batubara menjadi penggerak mesin uap (James Watt), dan pada awal abad 19
batubara – mesin uap digunakan untuk penggerak alat transport. Mesin uap James Watt merupakan
tonggak bersejarah dan dianggap sebagai pemicu revolusi industri. Sebagai
ilustrasi Gambar 1.1, menampakkan batubara-James Watt-Mesin Uap.
Gambar 1.1: Batubara –
James Watt – Mesin Uap
Setelah batubara,
sejak awal abad 19, manusia mulai
memanfaatkan minyak bumi untuk keperluan pemanasan, penerangan, dan puluhan
tahun kemudian untuk memasak.
Sampai akhir abad
19, manusia belum memanfaatkan tenaga listrik untuk keperluan memasak,
penerangan, angkutan/transportasi, pertukangan dan lain-lainnya. Artinya belum
ditemukan alat konversi tenaga alamiah (kayu, angin, batubara, minyak, dlsb.)
menjadi tenaga listrik. Tenaga listrik mulai dimanfaatkan pada akhir abad 19, terutama
untuk penerangan dan kemudian untuk menggerakkan motor listrik bagi industri.
Pengetahuan manusia tentang tenaga listrik dimulai pada jaman Yunani
kuno, 600 SM. Filsuf bernama Thales telah mengetahui dan mencatat tentang
sejenis batuan, bernama batu ambar yang bila digosok akan memiliki kemampuan
menarik benda-benda ringan di sekitarnya. Batu ambar tersebut oleh orang Yunani diberi nama elektron.
Selama sekitar
2200 tahun, dari tahun 600 SM – 1600, pengetahuan kelistrikan manusia belum sistematis-obyektif,
belum mendalam, sehingga belum dapat dikatakan sebagai pengetahuan ilmiah, melainkan
barulah sampai tingkatan pengetahuan biasa. Tepat tahun 1600 terbitlah buku
berjudul De Magnete yang merupakan tonggak pengetahuan ilmiah manusia tentang
kelistrikan dan kemagnetan. Buku itu ditulis oleh William Gilbert, seorang dokter pribadi Ratu
Elizabeth dari Inggris. William Gilbert telah merancang dan membuat alat yang dia namakan Versorium, yaitu suatu alat pendeteksi kehadiran muatan listrik statik. Dia juga orang pertama yang dapat membedakan
gejala kemagnetan dan listrik statik, selain itu dia jugalah yang memanfapkan
penggunaan istilah kelistrikan (electricity)
1827 Atau sekitar 200 tahun setelah itu, George Ohm berhasil
merumuskan hubungan arus listrik dengan beda potensial pada suatu konduktor. 4
Tahun kemudian, 1831 Michael Farraday menemukan induksi elektromagnetik yang
nantinya menjadi dasar pembuatan peralatan-peralatan Generator, Transformator
dan Motor Listrik. Berselang 42 tahun kemudian, pada tahun 1873, James Clerk
Maxwell mempublikasikan temuan teoritisnya tentang teori gabungan antara
kelistrikan dan kemagnetan.
1882 Merupakan tahun bersejarah karena pada tahun itu sistem
tenaga listrik (pembangkitan-transmisi-distribusi-beban) pertama kali
digunakan; Januari mulai digunakan di London-Inggris,
September di New York-Amerika. Pembangkit yang digunakan adalah suatu generator
arus searah yang digerakkan oleh motor bakar, transmisi dan distribusi
menggunakan sistem arus searah (DC – Direct
Current). Tenaga listrik saat itu untuk penerangan ruangan menggunakan
lampu pijar temuan Thomas Alva Edison. Di Amerika, Thomas Alva Edison membangun
sistem tenaga listrik arus searah 110 V untuk memenuhi kebutuhan 59 pelanggan
di Manhattan,
New-York.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar